Minggu, 17 Februari 2013

SEHAT ALAMI DENGAN SABUN FITRI




“Membangun jiwa wirausaha yang handal dan berakhlak mulia”, demikian bunyi misi sekolah yang keempat. Unit Produksi (UP) Program Keahlian Kimia SMKN 2 Sukoharjo sebagai salah satu pengemban misi tersebut pun giat berkarya mewujudkan ide-ide kreasi yang tak hanya berfungsi sebagai sarana pembelajaran siswa di bidang ilmu sains melainkan juga melatih siswa untuk berwirausaha. Melalui unit produksi, siswa-siswi jurusan Kimia Industri mempraktekkan ilmu kimia dipadukan dengan teori wirausaha dan ketrampilan sehingga ke depannya akan menjadi modal bagi siswa yang ingin menjadi enterpreneur berlatar belakang sains maupun bagi mereka yang ingin berkecimpung dalam industri kimia modern.
Di antara sekian banyak produk unggulan UP Kimia Industri, yang telah cukup dikenal luas adalah produk sabun mandi. Produk yang diluncurkan perdana pada pameran di Ngablak, Magelang ini hingga sekarang telah berkembang sesuai dengan permintaan konsumen dari segi manfaat sabun yang tak hanya sebagai bahan pembersih, namun juga fungsi kesehatan dan kecantikan wanita pada khususnya.  Mengapa menjatuhkan pilihan pada produksi sabun ? Pertanyaan ini pastinya seringkali terlontar apalagi  jika menilik program keahlian lain yang ada di SMKN 2 Sukoharjo. “Setiap orang memakai sabun, jadi diestimasikan daya jual sabun lebih tinggi”, demikian penjelasan dari Nanik Ramini, S.T guru pengampu mapel Kimia yang mengepalai UP Kimia Industri. Sabun memang menjadi kebutuhan sehari-hari dalam kegiatan rumah tangga. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Saat ini deterjen telah menggantikan fungsi sabun dalam proses pencucian, sehingga istilah sabun saat ini lebih menjurus ke arah sabun mandi yaitu sabun pembersih badan dari kotoran dan kuman. Setiap orang tak lupa untuk mandi setiap harinya, dan tentu saja kegiatan mandi ini membutuhkan sabun mandi, jadi pilihan UP Kimia Industri untuk memproduksi sabun mandi cukup relevan dari sisi bisnis maupun sisi sains karena dalam pembuatan sabun tediri dari bahan-bahan kimia yang mengalami proses secara kimia pula.
Sabun mandi berlabel “Fitri” ini diproduksi dalam skala home industry oleh siswa-siswi program keahlian Kimia Industri di bawah pengawasan guru pengampu. Bahan-bahan yang bisa diperoleh dengan mudah seperti minyak nabati, soda kaustik, parfum dan susu murni ini akan diolah menjadi sabun mandi siap pakai melalui proses mixing dan  pencetakan. Setelah dikemas yang juga masih secara manual, sabun Fitri pun siap dipasarkan. Seperti halnya proses pembuatan, distribusi sabun juga dilakukan oleh siswa dan tak jarang guru dan karyawan ikut berpartisipasi mempromosikan produk sekolah ini di lingkungan masing-masing. Pihak sekolah sendiri juga mendukung pengembangan sabun Fitri dengan mengikutsertakan ke pameran-pameran produk sehingga sabun Fitri tak hanya dikenal di lingkup  Sukoharjo saja.
Sabun yang dibanderol antara Rp. 2.000,00 hingga Rp.  5.500,00 ini mempunyai lima varian yaitu sabun mandi biasa, sabun mandi susu, sabun mandi susu plus minyak zaitun, sabun mandi susu plus minyak sirih dan sabun mandi susu etawa plus minyak zaitun. Sebuah terobosan yang terbilang pesat mengingat  proses produksi yang masih dalam skala kecil. Meskipun demikian, sabun yang berkhasiat untuk memutihkan kulit, menghaluskan dan melembutkan kulit, mengangkat sel-sel kulit mati dan mengandung vitamin E sebagai anti oksidan ini telah menorehkan prestasi diantaranya yaitu meraih juara I lomba OPSI tingkat Propinsi, dan juara harapan II lomba Kreanova siswa se-SUBOSUKA WONOSRATEN.
Seperti usaha-usaha lainnya, produksi dan pemasaran sabun Fitri pun mengalami kendala. Meskipun telah mengantongi gelar juara yang notabene diakui keunggulan dan kelayakan produk sabun Fitri untuk digunakan dengan bebas, pihak UP Kimia Industri mengalami kesulitan dalam bidang pemasaran khususnya di toko-toko kelontong maupun swalayan. Keengganan  pihak ketiga untuk “memajang” sabun Fitri dalam berbagai varian dikarenakan oleh belum adanya izin dari BPOM selaku badan pemerintah yang berwewenang mengawasi peredaran obat dan makanan di Indonesia. Ketiadaan izin ini bukan berarti sabun Fitri tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, keselamatan maupun keamanan, melainkan lebih pada beberapa persyaratan teknis  yang memang sulit untuk dipenuhi. “Persyaratan untuk produksi kami disamakan dengan persyaratan produksi jenis serupa yang sudah berskala besar”, ungkap kepala UP dalam sesi pengumpulan informasi tentang Sabun Fitri. Tentunya hal tersebut menjadi pe-er bersama untuk mencari solusi terbaik agar tidak mempersulit atau bahkan mematikan industri kecil yang berpengalaman sama dengan sabun Fitri dalam mencari selembar pengesahan produk. Pastinya, UP Kimia Industri akan terus berusaha demi perkembangan sabun Fitri ke depan. Sementara itu, UP Kimia Industri akan membuat varian-varian baru sabun Fitri sesuai dengan permintaan konsumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar