“Membangun
jiwa wirausaha yang handal dan berakhlak mulia”, demikian bunyi misi sekolah
yang keempat. Unit Produksi (UP) Program Keahlian Kimia SMKN 2 Sukoharjo sebagai
salah satu pengemban misi tersebut pun giat berkarya mewujudkan ide-ide kreasi
yang tak hanya berfungsi sebagai sarana pembelajaran siswa di bidang ilmu sains
melainkan juga melatih siswa untuk berwirausaha. Melalui unit produksi,
siswa-siswi jurusan Kimia Industri mempraktekkan ilmu kimia dipadukan dengan teori
wirausaha dan ketrampilan sehingga ke depannya akan menjadi modal bagi siswa
yang ingin menjadi enterpreneur berlatar belakang sains maupun bagi mereka yang
ingin berkecimpung dalam industri kimia modern.
Di antara
sekian banyak produk unggulan UP Kimia Industri, yang telah cukup dikenal luas
adalah produk sabun mandi. Produk yang diluncurkan perdana pada pameran di
Ngablak, Magelang ini hingga sekarang telah berkembang sesuai dengan permintaan
konsumen dari segi manfaat sabun yang tak hanya sebagai bahan pembersih, namun
juga fungsi kesehatan dan kecantikan wanita pada khususnya. Mengapa menjatuhkan pilihan pada produksi
sabun ? Pertanyaan ini pastinya seringkali terlontar apalagi jika menilik program keahlian lain yang ada
di SMKN 2 Sukoharjo. “Setiap orang memakai sabun, jadi diestimasikan daya jual
sabun lebih tinggi”, demikian penjelasan dari Nanik Ramini, S.T guru pengampu
mapel Kimia yang mengepalai UP Kimia Industri. Sabun memang menjadi kebutuhan
sehari-hari dalam kegiatan rumah tangga. Sabun adalah surfaktan yang digunakan
dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Saat ini deterjen telah menggantikan
fungsi sabun dalam proses pencucian, sehingga istilah sabun saat ini lebih
menjurus ke arah sabun mandi yaitu sabun pembersih badan dari kotoran dan
kuman. Setiap orang tak lupa untuk mandi setiap harinya, dan tentu saja
kegiatan mandi ini membutuhkan sabun mandi, jadi pilihan UP Kimia Industri
untuk memproduksi sabun mandi cukup relevan dari sisi bisnis maupun sisi sains
karena dalam pembuatan sabun tediri dari bahan-bahan kimia yang mengalami
proses secara kimia pula.
Sabun mandi
berlabel “Fitri” ini diproduksi
dalam skala home industry oleh
siswa-siswi program keahlian Kimia Industri di bawah pengawasan guru pengampu.
Bahan-bahan yang bisa diperoleh dengan mudah seperti minyak nabati, soda
kaustik, parfum dan susu murni ini akan diolah menjadi sabun mandi siap pakai
melalui proses mixing dan pencetakan.
Setelah dikemas yang juga masih secara manual, sabun Fitri pun siap dipasarkan.
Seperti halnya proses pembuatan, distribusi sabun juga dilakukan oleh siswa dan
tak jarang guru dan karyawan ikut berpartisipasi mempromosikan produk sekolah
ini di lingkungan masing-masing. Pihak sekolah sendiri juga mendukung
pengembangan sabun Fitri dengan mengikutsertakan ke pameran-pameran produk
sehingga sabun Fitri tak hanya dikenal di lingkup Sukoharjo saja.
Sabun yang
dibanderol antara Rp. 2.000,00 hingga Rp.
5.500,00 ini mempunyai lima varian yaitu sabun mandi biasa, sabun mandi
susu, sabun mandi susu plus minyak zaitun, sabun mandi susu plus minyak sirih
dan sabun mandi susu etawa plus minyak zaitun. Sebuah terobosan yang terbilang
pesat mengingat proses produksi yang
masih dalam skala kecil. Meskipun demikian, sabun yang berkhasiat untuk
memutihkan kulit, menghaluskan dan melembutkan kulit, mengangkat sel-sel kulit
mati dan mengandung vitamin E sebagai anti oksidan ini telah menorehkan
prestasi diantaranya yaitu meraih juara I lomba OPSI tingkat Propinsi, dan
juara harapan II lomba Kreanova siswa se-SUBOSUKA WONOSRATEN.
Seperti
usaha-usaha lainnya, produksi dan pemasaran sabun Fitri pun mengalami kendala.
Meskipun telah mengantongi gelar juara yang notabene diakui keunggulan dan
kelayakan produk sabun Fitri untuk digunakan dengan bebas, pihak UP Kimia Industri
mengalami kesulitan dalam bidang pemasaran khususnya di toko-toko kelontong
maupun swalayan. Keengganan pihak ketiga
untuk “memajang” sabun Fitri dalam berbagai varian dikarenakan oleh belum
adanya izin dari BPOM selaku badan pemerintah yang berwewenang mengawasi
peredaran obat dan makanan di Indonesia. Ketiadaan izin ini bukan berarti sabun
Fitri tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, keselamatan maupun keamanan,
melainkan lebih pada beberapa persyaratan teknis yang memang sulit untuk dipenuhi. “Persyaratan
untuk produksi kami disamakan dengan persyaratan produksi jenis serupa yang
sudah berskala besar”, ungkap kepala UP dalam sesi pengumpulan informasi
tentang Sabun Fitri. Tentunya hal tersebut menjadi pe-er bersama untuk mencari
solusi terbaik agar tidak mempersulit atau bahkan mematikan industri kecil yang
berpengalaman sama dengan sabun Fitri dalam mencari selembar pengesahan produk.
Pastinya, UP Kimia Industri akan terus berusaha demi perkembangan sabun Fitri
ke depan. Sementara itu, UP Kimia Industri akan membuat varian-varian baru
sabun Fitri sesuai dengan permintaan konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar